Usia 18 Minggu, Kelainan Jantung Janin Bisa Dideteksi
Disertasi Doktoral dr Nuswil Bernolian Sp.OG (Staf
Medik KSM Obgyn RSMH RSMH)
RSMH- dr. Nuswil Bernolian,Sp.OG, Subsp.KFM, MARS. resmi
menyandang program Doktor Lewat Disertasinya berjuduk. Rancangan Sistem Deteksi
Berbasis Artificial Intelligence Terhadap Biomarker (TNF- ALFA, VEGF-D dan HB-
EGF pada penyakit Jantung Kongenital Terdiagbosis Intrauterin
"Secara global, penyakit Jantung Kongenital (PJK)
ditemukan pada 8 dari setiap 1.000 kelahiran hidup,"ujar dokter spesialis
kandungan di KSM/Bagian Obgin RSMH
Katanya, setiap tahun terdqpat 1,35 juta anak yang
lahir dengan kelahiran jantung kongenital. "Angka kejadian Penyakit
Jantung Kongenital (PJK) di Asia lebih tinggi dibandingkan dengan rerata global
mencapau 9,3 kasus per 1000 kelahiran hidup,"urainya seraya menyebutkan
ventriculr Septal Defect (VSD), Atrial Septal Defect (ASD) dan Patent Ductus
Arteriosus (PDA) menyumbang 57,9 persen kasus penyakit kongenital secara
global.
Lebih jauh dijelaskan, penyakit jantung kongenital
dapat berupa defek dinding septum yang memungkinka shunt darah dari ruang
jantung kanan ke kiri maupun sebaliknya.
"Penyakit Jantung pada janin sulit diketahui.
Inilah kenapa kita mengembangkan alat sofwer yang dipasang pada alat USG untuk
mendeteksi kelainan jantung pada janin,"urainya
Dengan pemasangan alat itu, bisa diketahui apakah janinnya ada kelainan jantung atau tidak. "Dengan begitu kita meningkatkan angka harapan hidup bayi yang memiliki penyakit kelainan jantung dengan begitu akan menurunkan angka kematian bayi kelainan jantung
Janin bisa di skringi apakah ada kelainan jantung atau
tidak pada usia Janin 18 minggu keatas. Kalau memang ada kelainan jantung yang
besar dari awal sudah bisa diketahui.
Katanya, kegunaan artificial intelligence (AI) atau
Kecerdasan Buatan dalam mengotomasi deteksi PJK intrauterin. Di sini menilai
kemampuan biomarker serta membandingkan keduanya.
"Biomarker dapat bermanfaat sebagai penanda
inflamasi terkait gagal jantung. AI bermanfaat mengotomasi penilaian PJK dalam
meningkatkan kemampuan diagnosis,"
Menurutnya, ini merupakan intisari dari Disertasi
Doktoral Prodi Sains Biomedis Program Doktor Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya (Unsri). Lebih jauh, Nuswil menyebut dengan metode pembuatan model AI
melalui CNN arsitektur DenseNet dan ResNet dari video yang tervalidasi dari
sumber luar dan rekaman video yang dilakukan di RSUP Dr Mohammad Hoesin
Palembang terhadap ibu yang memeriksakan kehamilannya.
Setelah itu, nenurut dokter spesialis Obstetri dan
Ginekologi ini menyebut tahapan selanjutnya dilakukan pengujian model AI
terhadap video yang terkumpul. Dengan metode ELISA dilakukan pemeriksaan bio
marker TNF-Alfa, VEGF-D dan HB-EGF dari serum ibu untuk menentukan titik
potong.
"Dibandingkan metode pemeriksaan biomarker yang
dipergunakan selama ini, metode AI DenseNet 21 memberikan akurasi 92 persen,
sensitivitas 91 persen dan spesifitas 92 persen," sebut suami dari dr Vera
Trihandayani ini.
Hasil kesimpulan dari penelitian ini, Nuswil menyebut
AI memberikan kesesuaian yang baik dengan pemeriksa dan menunjukkan akurasi,
sensitivitas dan spesifitas yang baik. Dalam penelitian awal yang dimulai di
tahun 2019
"Menjadi rumah sakit pendidikan dan rujukan
nasional berstandar internasional, dengan memiliki SDM unggul,"ucapnya
RSMH Palembang melakukan transformasi SDM unggul salah
satunya dokter-dokter "Salah satunyo dokter Nuswil yang melakukan deteksi
dini pada ibu hamil, yang hari ini (kemarin,red) telah menyelsaikan program
doktornya dengan predikat cumlaude. Ini sejalan dengan Visinya Presiden dan
menteri kesehatan memiliki SDM Unggul dan menjadi rumah sakit rujukan dan
pendidikan,"tandasnya
- Doc.Humas RSMH
- www.rsmh.co.id
- https://humasrsmh.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar